I'LL Teach You Marianne

"Beraninya kau menolakku"



"Beraninya kau menolakku"

0Makan pagi adalah waktu yang sangat dinantikan para mahasiswa UAL ketika berada di hotel, namun kesenangan mereka sedikit ternodai hari ini karena ada orang penting yang sedang menikmati makan pagi di restoran. Alhasil para mahasiswa itu tak bisa berlama-lama di restoran.      

"Menyebalkan, aku hanya mengambil makanan sedikit sekali."     

"Iya, waktu yang diberikan pada kita untuk mengambil makanan hanya sebentar."     

"Orang penting siapa si? Bukankah kalau orang penting itu tidak makan di hotel bintang 3 seperti ini."     

"Sial, aku tak kenyang sama sekali."      

"Iya, aku belum mengambil buah juga."     

"Akhhh menyebalkan, kita pindah hotel malah mendapatkan perlakuan yang tak nyaman seperti ini."      

Anne dan Linda yang tak terbiasa makan banyak ketika pagi hari hanya tersenyum mendengar teman-temannya yang sedang menggerutu, setelah istirahat semalaman demam Anne pun hilang. Ia kini kembali sehat dan siap bekerja lagi bersama Linda, karena itulah ia ikut makan pagi bersama yang lain.      

"I'm full,"ucap Anne pelan sambil menyeka bibirnya menggunakan tisu saat sereal dan susu yang ada dalam mangkuknya habis.     

"Kau kenyang hanya makan sereal sedikit itu Anne?"tanya Vincent yang duduk di seberang dengan cepat.     

"Iya, ini sudah lebih dari cukup untukku,"jawab Anne jujur.     

"Buah? Dessert?"     

Anne menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku makan sereal dan susu Vincent, itu adalah perpaduan yang sudah sangat sempurna. Perutku tak muat kalau harus makan dessert atau buah lagi."     

"Iya juga si, tapi tetap saja kalau aku makan sereal dan susu aku akan tetap lapar,"ucap Vincent serius.     

"Itu karena perutmu karet Vincent, lihatlah perutmu seperti pria usia 40 tahun. Sangat tak menarik sekali dimata perempuan, kau ini mahasiswa jurusan fashion tapi kau tak bisa menjaga bentuk tubuhmu sendiri. Sungguh memalukan." Gabriella yang duduk tak jauh dari tempat Anne dan Vincent ikut bicara, rupanya sejak tadi ia menguping pembicaraan Anne dan Vincent.     

      

Brakk     

"Linda, jangan ladeni,"ucap Vincent spontan saat Linda memukul meja tempat mereka duduk saat ini pasca mendengar perkataan Gabriella.      

"Tapi dia sudah menghinamu Vincent,"sahut Linda penuh emosi.     

Vincent menatap Linda dengan tenang. "Aku tak perduli, lagipula teman-temanku yang lain seperti kalian berdua ini tak protes kan? Jadi abaikan saja daripada kau buang-buang energi."     

"Iya ta…"     

"Linda, kau dengar apa yang Vincent katakan bukan?"Anne ikut bicara.     

"Iya aku dengar, hanya saja dia sudah mencela fisik seseorang Anne,"ucap Linda masih kesal.     

"Sudah Linda jangan hiraukan, lebih baik kau makan pai apel ini. Kita bagi dua ya." Vincent kembali menenangkan Linda sambil membagi dua pai apel yang sebelumnya ia ambil dari dalam restoran untuk pencuci mulut.      

Setelah diberikan pai apel oleh Vincent, Linda pun langsung memakannya sambil terus menatap kearah Gabriela yang masih saja terus membicarakan Vincent dari tempat duduknya bersama tiga orang anak buahnya. Sementara Anne memilih untuk mengaktifkan ponselnya pasca semalaman ia non-aktifkan, begitu ponselnya hidup beberapa pesan langsung masuk. Anne pun langsung memeriksa pesan-pesan itu, kedua matanya terbuka lebar saat membaca tiga pesan yang dikirimkan oleh satu nomor yang sama.      

"Ada masalah Anne?"tanya Linda penasaran.      

Anne yang sedang terkejut karena membaca pesan dari Alan langsung tersadar.     

"Ti-tidak, ini hanya pesan dari beberapa pelanggan toko bunga saja. Mereka meminta pendapatku soal pilihan bunga terbaik untuk pernikahan,"jawab Anne berbohong dia tak mungkin jujur soal Alan yang mengajaknya pergi untuk makan siang.      

"Oh pelanggan, tapi kenapa mereka tanya padamu? Sedang di toko ada Paul,"ucap Linda kembali.      

"Pelanggan adalah raja Linda, Jangan lupa akan hal itu. Mungkin saja mereka lebih nyaman ketika langsung berkonsultasi kepada sesama wanita, meskipun di toko sudah ada Paul yang berjaga,"celetuk Vincent.     

"Oh iya, kau benar Vincent. Akh melayani para pembeli di toko itu benar-benar butuh kesabaran yang tinggi, mereka suka seenaknya mengubah pesanan dan schedule jadwal yang sudah ditentukan dan kadang-kadang itu membuat kamu pusing karena harus memikirkan konsep lagi dan mengganggu pesanan yang lain namun tetap saja mereka tidak peduli akan hal itu,"sahut Linda dengan cepat, ia jadi teringat soal salah satu pelanggan toko yang sempat marah-marah kepadanya karena merasa di ditipu soal diskon yang diberikan oleh toko. Pelanggan itu mengira kalau diskon akan berlaku full dalam satu minggu, padahal diskon itu hanya diberlakukan untuk akhir minggu saja dan keterangannya sudah sangat jelas di sosial media toko bunga dan di papan pengumuman yang ada di depan toko. Pada saat itu Linda tak terima dan benar-benar marah karena dibentak-bentak oleh seorang anak muda yang usianya jauh lebih muda daripada dirinya itu, sampai akhirnya si pelanggan malu karena tidak membaca keterangan dengan jelas dan meminta maaf kepada Linda.     

Vincent pun dengan serius mendengarkan cerita Linda, ia sangat senang sekali kalau melihat Linda sudah bercerita. Sementara Anne membalas pesan yang dikirimkan Alan kepadanya, dengan halus Anne menolak ajakan Alan. Anne lebih memilih pergi bekerja bersama Linda setelah absen lebih dari 4 hari, ia tak mau tugas akhir semesternya hancur karena membiarkan Linda mengambil foto seorang diri.      

Sementara itu Alan yang berada di restoran dan hanya terpisahkan oleh kaca dengan Anne terlihat kesal karena ajakannya ditolak oleh Anne, sebagai pria idaman semua wanita Alan merasa harga dirinya jatuh. Padahal selama ini Alan adalah sebagai pihak yang selalu menolak ajakan dari para wanita yang ingin pergi bersamanya, Nicholas yang duduk di samping Alan pun berhasil menangkap perubahan emosi sang tuan. Perlahan ia menunjukkan ponselnya yang berisi pesan dari sang kakek yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju kantor bersama Louis dan meminta Alan untuk segera kembali ke kantor.      

Begitu membaca pesan yang berada di ponsel sang asisten Alan langsung meletakkan garpunya dan bergegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan para manajer yang masih menikmati makanannya. Saat berjalan pergi dari hotel kedua mata Alan menangkap sosok Anne yang sedang duduk di bangku taman bersama teman-temannya dan mengarahkan ponselnya pada Anne untuk mengambil fotonya.      

"Aku mau gadis yang baru saja kirimkan fotonya padamu ada diatas ranjangku malam ini juga,"ucap Alan pelan berbicara pada seseorang di telepon.     

"Tuan…"     

"Diam Nick, ini urusanku. Kau jangan ikut campur dan jangan bilang kakek, aku sedang sangat kesal saat ini." Alan langsung memotong perkataan Nicholas dengan cepat penuh emosi tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne yang sedang merapikan rambut panjangnya.     

Setelah puas menatap Anne, Jack lalu masuk kedalam mobilnya diikuti Nicholas yang langsung berlari menuju ke kursi driver.      

"Kau akan jadi milikku malam ini gadis sombong, lihat saja. Akan kubuat kau tak bisa bangun dari ranjangku, kau akan menyesal berani membuat seorang Alan Knight kecewa,"ucap Alan lirih sambil menatap Anne dengan tatapan penuh emosi.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.